CARA PEMENGGALAN KATA DASAR
Pemenggalan
kata merupakan pemisahan huruf/kelompok huruf dari kata.
Sebelum melakukan pemenggalan kata, yang harus dipahami terlebih dahulu adalah membedakan huruf vokal dengan huruf konsonan. Huruf vokal terdiri dari a, i, u, e, o. Sedangkan huruf konsonan adalah huruf selain vokal contoh k, j, l, m, n, j dan lain - lain.
Setelah memahami huruf vokal dan huruf konsonan, selanjutnya adalah memahami suku kata. Suku kata merupakan bagian kata, cara mudah menentukan suku kata yaitu dengan memperhatikan pengucapan
Sebelum melakukan pemenggalan kata, yang harus dipahami terlebih dahulu adalah membedakan huruf vokal dengan huruf konsonan. Huruf vokal terdiri dari a, i, u, e, o. Sedangkan huruf konsonan adalah huruf selain vokal contoh k, j, l, m, n, j dan lain - lain.
Setelah memahami huruf vokal dan huruf konsonan, selanjutnya adalah memahami suku kata. Suku kata merupakan bagian kata, cara mudah menentukan suku kata yaitu dengan memperhatikan pengucapan
Pemenggalan
kata dasar baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan prinsip
otografis.
- Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan sebelum huruf konsonan tersebut. Contoh:
kabar > ka-bar
sopan > so-pan
makan > ma-kan
tikam > ti-kam
sopan > so-pan
makan > ma-kan
tikam > ti-kam
- Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vocal yang berurutan ditengahnya dilakukan diantara kedua huruf vocal tersebut. Contoh:
buah > bu-ah
ideal > i-de-al
kuota > ku-o-ta
taat > ta-at
ideal > i-de-al
kuota > ku-o-ta
taat > ta-at
- Suku kata yang mengandung gugus vocal au, ai, oi, ae, ei, eu, dan ui baik dalam kata-kata Indonesia maupun dalam kata-kata serapan, diperlakukan sebagai satu suku. Contoh:
aula > au-la
santai > san-tai
survei > sur-vei
amboi > am-boi
santai > san-tai
survei > sur-vei
amboi > am-boi
- Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan berurutan yang tidak me-wakili satu fonem dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Contoh:
arsip > ar-sip
kapten > kap-ten
kurban > kur-ban
caplak > cap-lak
kapten > kap-ten
kurban > kur-ban
caplak > cap-lak
- Pemenggalan kata yang ditengahnya terdapat gabungan huruf konsonan yang mewakili fonem tunggal (digraf) dilakukan dengan tetap mempertahankan kesatuan digraf itu. Contoh:
akhlak > akh-lak
bangku > bang-ku
sunyi > su-nyi
masyarakat > ma-sya-ra-kat
bangku > bang-ku
sunyi > su-nyi
masyarakat > ma-sya-ra-kat
- Pemenggalan kata yang mengandung tiga atau empat huruf konsonan berurutan ditengahnya dilakukan diantara huruf konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. Contoh:
instrumen > in-stru-men
implikasi > im-pli-ka-si
kontraktor > kon-trak-tor
implikasi > im-pli-ka-si
kontraktor > kon-trak-tor
- Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans dilakukan sebagai berikut
- Jika trans diikuti bentuk bebas,
maka Pemenggalan dilakukan memisahkan trans sebagai bentuk utuh.
Contoh:transmigrasi > trans-mig-ra-si
transaksi > trans-ak-si
transfusi > trans-fu-si
transplantasi > trans-plan-ta-si
- Jika trans diikuti bentuk terikat, Pemenggalan seluruh data dilakukan dengan mengikuti pola Pemenggalan kata dasar. Contoh:
transit > tran-sit
transparansi > tran-spa-ran-si
transkripsi > tran-skrip-si
transaksi > trans-ak-si
transfusi > trans-fu-si
transplantasi > trans-plan-ta-si
- Jika trans diikuti bentuk terikat, Pemenggalan seluruh data dilakukan dengan mengikuti pola Pemenggalan kata dasar. Contoh:
transit > tran-sit
transparansi > tran-spa-ran-si
transkripsi > tran-skrip-si
- Pemenggalan kata yang mengandung eks dilakukan seperti dibawah ini.
- Jika unsur eks ada dalam kata yang
mempunyai bentuk sepadan dengan kata yang mengandung unsur in dan im,
Pemenggalan dilakukan diantara unsur eks dan unsur berikutnya. Contoh:
ekstra > eks-tra
eksternal > eks-ter-nal
eksplisit > eks-pli-sit
ekspor > eks-por
- Bentuk lain yang mengandung unsur eks, dipenggal sebagai kata utuh. Contoh:
ekses > ek-ses
eksodus > ek-so-dus
eksistensi > ek-sis-ten-si
eksperimen > ek-spe-ri-men
ekstra > eks-tra
eksternal > eks-ter-nal
eksplisit > eks-pli-sit
ekspor > eks-por
- Bentuk lain yang mengandung unsur eks, dipenggal sebagai kata utuh. Contoh:
ekses > ek-ses
eksodus > ek-so-dus
eksistensi > ek-sis-ten-si
eksperimen > ek-spe-ri-men
- Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, Pemenggalan dilakukan diantara unsur-unsurnya. Contoh :
Fotografi > foto-grafi >
fo-to-gra-fi
Biografi > bio-grafi > bi-o-gra-fi
Kilogram > kilo-gram > ki-lo-gram
Pascapanen > pasca-panen >pas-ca-pa-nen
Introspeksi > intro-speksi > in-tro-spek-si
Kecuali :
endoskopis > en-dos-ko-pis
telegrafis > te-le-gra-fis
atmosferis > at-mo-sfe-ris
Biografi > bio-grafi > bi-o-gra-fi
Kilogram > kilo-gram > ki-lo-gram
Pascapanen > pasca-panen >pas-ca-pa-nen
Introspeksi > intro-speksi > in-tro-spek-si
Kecuali :
endoskopis > en-dos-ko-pis
telegrafis > te-le-gra-fis
atmosferis > at-mo-sfe-ris
- Pemenggalan unsur asing yang berakhiran isme dilakukan sebagai berikut.
- Yang didahului satu vocal,
dipenggal setelah huruf vocal. Contoh:
egoisme > e-go-is-me
heroisme > he-ro-is-me
sukuisme > su-ku-is-me
Hinduisme > hin-du-is-me
- Yang didahului konsonan, dipenggal sebelum huruf konsonan. Contoh:
absolutisme > ab-so-lu-tis-me
humanisme > hu-ma-nis-me
patriotisme > pa-tri-o-tis-me
sadisme > sa-dis-me
egoisme > e-go-is-me
heroisme > he-ro-is-me
sukuisme > su-ku-is-me
Hinduisme > hin-du-is-me
- Yang didahului konsonan, dipenggal sebelum huruf konsonan. Contoh:
absolutisme > ab-so-lu-tis-me
humanisme > hu-ma-nis-me
patriotisme > pa-tri-o-tis-me
sadisme > sa-dis-me
Pedoman penulisan huruf kapital
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata
dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Tuhan
akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:
Mahaputra Yamin
b. Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang tidak diikuti nama orang. Misalnya:
Dia
baru saja diangkat menjadi sultan.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti
nama orang tertentu. Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi
yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya:
Sidang
itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
c.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa
orang camat yang hadir dalam rapat itu?
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang. Misalnya:
Amir Hamzah
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Misalnya:
bangsa
Eskimo
b.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya:
pengindonesiaan
kata asing
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya. Misalnya:
tahun
Hijriah
|
b.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
|
Misalnya:
Perang Candu
|
c.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama. Misalnya:
Soekarno
dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi
|
9.
|
a.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata
tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
|
Misalnya:
|
Republik Indonesia
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi,
dan judul karangan. Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali
kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
Saya
telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya:
Dr.
|
Doktor
|
S.E.
|
sarjana
ekonomi
|
b.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya:
Kita
harus menghormati bapak dan ibu kita.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan. Misalnya:
Sudahkah
Anda tahu?
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata,
seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan
lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
(Lihat contoh pada EYD pasal I B, I C, I E, dan II F15).
Definisi Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang
mendapat imbuhan, baik berupa awalan, sisipan atau akhiran, maupun gabungan kata
Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan; awalan,
sisipan dan akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh;
catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an]
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis
dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak mata-mata
berjalan-jalan menulis-nulis
biri-biri mondar-mandir
Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata yang
lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Contoh: tanda tangan;
terima kasih; rumah sakit; tanggung jawab; kambing hitam; dll.
Perhatikan kalau
gabungan kata itu mendapatkan imbuhan!
Apabila gabungan kata
itu mendapatkan awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu harus
dirangkai dengan kata yang dekat dengannya. kata lainnya tetap ditulis
terpisah dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh: berterima kasih; bertanda tangan; tanda tangani; dll.
Contoh: berterima kasih; bertanda tangan; tanda tangani; dll.
Apabila gabungan kata
itu mendapatkan awalan dan akhiran, penulisan gabungan kata harus serangkai
dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh: menandatangai; pertanggungjawaban; mengkambinghitamkan; dll.
Contoh: menandatangai; pertanggungjawaban; mengkambinghitamkan; dll.
Gabungan kata yang
sudah dianggap satu kata.
Dalam bahasa
Indonesia ada gabungan kata yang sudah dianggap padu benar. Arti gabungan kata
itu tidak dapat dikembalikan kepada arti kata-kata itu.
Contoh: bumiputra; belasungkawa; sukarela; darmabakti; halalbihalal; kepada; segitiga; padahal; kasatmata; matahari; daripada; barangkali; beasiswa; saputangan; dll
Contoh: bumiputra; belasungkawa; sukarela; darmabakti; halalbihalal; kepada; segitiga; padahal; kasatmata; matahari; daripada; barangkali; beasiswa; saputangan; dll
Kata daripada,
misalnya, artinya tidak dapat dikembalikan kepada kata dari dan pada.
Itu sebabnya, gabungan kata yang sudah dianggap satu kata harus ditulis
serangkai.
Gabungan kata yang
salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata yang
mengandung arti penuh, unsur itu hanya muncul dalam kombinasinya.
Contoh: tunanetra;
tunawisma; narasumber; dwiwarna; perilaku; pascasarjana; subseksi; dll.
Kata tuna
berarti tidak punya, tetapi jika ada yang bertanya, “Kamu punya uang?”
kita tidak akan menjawabnya dengan “tuna”. Begitu juga dengan kata dwi,
yang berarti dua, kita tidak akan berkata, “saya punya dwi adik
laki-laki.” Karena itulah gabungan kata ini harus ditulis dirangkai.
Perhatikan gabungan
kata berikut!
Jika unsur terikat
itu diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur itu
diberi tanda hubung.
Contoh:
non-Indonesia; SIM-ku; KTP-mu.
Unsur maha dan peri
ditulis serangkai dengan unsur yang berikutnya, yang berupa kata dasar. Namun
dipisah penulisannya jika dirangkai dengan kata berimbuhan.
Contoh:
Mahabijaksana; Mahatahu; Mahabesar.
Maha Pengasih; Maha Pemurah; peri keadilan; peri kemanusiaan.
Maha Pengasih; Maha Pemurah; peri keadilan; peri kemanusiaan.
Tetapi, khusus kata
ESA, walaupun berupa kata dasar, gabungan kata maha dan esa ditulis terpisah
=> Maha Esa.
Penulisan Kata Depan di, ke dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu
kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
Adiknya pergi ke luar negeri.
Bermalam sajalah di sini.
Ke mana saja ia selama ini?
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Adiknya pergi ke luar negeri.
Bermalam sajalah di sini.
Ke mana saja ia selama ini?
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Penulisan partikel
Terdapat lima
partikel dalam bahasa Indonesia, yaitu lah, kah, tah, per, dan pun.
Partikel lah, kah,
dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Apakah kucing ini milik Anda?; Tengoklah ke kiri dan ke kana jika hendak menyeberang jalan!
Contoh: Apakah kucing ini milik Anda?; Tengoklah ke kiri dan ke kana jika hendak menyeberang jalan!
Partikel per
yang berarti ‘tiap-tiap,’ ‘demi,’ ‘dan ‘mulai’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului dan mengikutinya. Namun, partikel per
pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: Harga kain itu adalah sepuluh ribu rupiah per meter; dua pertiga.
Contoh: Harga kain itu adalah sepuluh ribu rupiah per meter; dua pertiga.
Partikel pun
yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Sedangkan partikel pun yang ditulis setelah kata benda,
kata sifat, kata kerja, dan kata bilangan, dituliskan terpisah.
Contoh: walaupun; meskipun; biarpun; adapun; bagaimanapun; kendatipun; maupun; sekalipun; sungguhpun;
Contoh: walaupun; meskipun; biarpun; adapun; bagaimanapun; kendatipun; maupun; sekalipun; sungguhpun;
Contoh yang ditulis
terpisah: Jika tak ada yang kuning, merah pun tidak masalah, asal
bunganya bisa dipajang.
PENULISAN SINGKATAN DAN AKRONIM BAHASA INDONESIA
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pengkat diikuti dengan tanda titik.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pengkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM Surat izin mengemudi
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM Surat izin mengemudi
PENULISAN
ANGKA/LAMBANG BILANGAN
Angka
dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
¥100
2.000 rupiah
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
* Jalan Tanah Abang I No. 15
* Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
* Bab X, Pasal 5, halaman 252
* Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua 12
22
222
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh 1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
* Paku Buwono X
* pada awal abad XX
* dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
* lihat Bab II, Pasal 5
* dalam bab ke-2 buku itu
* di daerah tingkat II itu
* di tingkat kedua gedung itu
* di tingkat ke-2 itu
* kantornya di tingkat II itu
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:
tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an
(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
¥100
2.000 rupiah
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
* Jalan Tanah Abang I No. 15
* Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
* Bab X, Pasal 5, halaman 252
* Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua 12
22
222
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh 1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
* Paku Buwono X
* pada awal abad XX
* dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
* lihat Bab II, Pasal 5
* dalam bab ke-2 buku itu
* di daerah tingkat II itu
* di tingkat kedua gedung itu
* di tingkat ke-2 itu
* kantornya di tingkat II itu
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:
tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an
(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
penggunaan tanda titik
Tanda titik adalah sebuah tanda yang digunakan untuk
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
Contoh:
Alno D.
Ramadhan
George
W. Bush
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak
dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
Contoh: Anthony Tumiwa
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat,
dan sapaan.
Contoh:
Contoh:
Dr.
(doktor)
S.E.
(sarjana ekonomi)
Kol.
(kolonel)
Bpk.
(bapak)
Tanda titik
dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda
titik.
Contoh:
Contoh:
dll.
(dan lain-lain)
dsb.
(dan sebagainya)
tgl.
(tanggal)
hlm.
(halaman)
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
atau jangka waktu.
Contoh:
Contoh:
Pukul
7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
0.20.30
jam (20 menit, 30 detik)
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Contoh:
Nama
Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor
Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
Tanda titik
tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
Contoh:
DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat)
SMA
(Sekolah Menengah Atas)
PT
(Perseroan Terbatas)
WHO (World Health Organization)
UUD
(Undang-Undang Dasar)
SIM (Surat
Izin Mengemudi)
Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
rapim
(rapat pimpinan)
Tanda titik
tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
contoh:
contoh:
Cu
(tembaga)
52 cm
l
(liter)
Rp350,00
Tanda titik
tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:
contoh:
Latar
Belakang Pembentukan
Sistem
Acara
penggunaan Tanda
Koma (,)
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. contoh: Saya membeli keyboard, mouse, dan flashdisk.
contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan
melainkan. contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. contoh:
Kalau saya tidak enak badan, saya tidak akan kuliah.
Karena selalu berolahraga, ia selalu sehat.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. contoh: Saya
tidak akan datang kalau hari hujan.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. contoh:
Oleh karena itu, kamu harus tetap belajar.
Jadi, kamu tidak suka itu.
Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. contoh:
Wah, hebatnya.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. contoh: Kata adik, “Saya sangat senang sekali”.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian
kalimat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan. contoh:
Jakarta, 18 Juni 1984
Depok, Indonesia.
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. contoh:
I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm.
22.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga. contoh: Abdul Rahman,S.I.
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka. contoh:
77,8
Penggunaan Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara. contoh: malam makin larut; kami belum pulang juga dari
rumah dia.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. contoh: Ayah
mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur, adik menghafalkan
perkalian; saya sendiri asyik menonton televisi.
Penggunaan Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. contoh:
Yang hilang dicuri kemarin adalah : kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan. contoh:
Borgx : “Jangan lupa perbaiki kursi itu!”
Rex : “Siap, Boss!”
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii)
di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan
anak judul suatu karangan. contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin: 9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi sudah
terbit.
Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. contoh: Kita memerlukan kursi,
meja, dan lemari.
Penggunaan Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris. contoh:
….dia beli ba-
ru juga.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau
akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris. contoh:
…. cara baru meng-
ukur panas
akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. contoh: anak-anak
tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan
cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal. contoh: p-e-n-g-u-r-u-s
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan. bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an,
dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbulan atau kata. contoh:
se-Indonesia
hadiah ke-2
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing. Contoh:
di-charter
Sebagai lambang matematika untuk pengurangan (tanda kurang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar